Kisah
hidup Laksamana Pertama (Pur) Urip Santoso, sangat menyatu dengan dunia
kelautan (maritim). Kisah dan kiprah perwira tinggi yang berperan besar
membentuk Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI-AL, ini sangat berguna dijadikan
sebagai potret dan cermin untuk mengasah kearifan maritim. Dia yang hidup dan
berkiprah pada 'segala zaman', mulai dari zaman penjajahan Belanda sampai era
reformasi saat ini, telah menjelajah lautan dalam Indonesia. Dia
jualah pionir wisata bahari Indonesia.
Urip Santoso
Pembentuk
Kopaska dan Pionir Wisata Bahari,Wakil Ketua Dewan Penasihat Forum Masyarakat
Maritim Indonesia (FMMI), itu adalah alumni Koninklijk Instituut voor de Marine
(KIM), Akademi Angkatan Laut Kerajaan Belanda (Royal Dutch Naval Academy), di
Den Helder, Belanda, September 1950-Agustus 1953. Dia juga memiliki
spesialisasi penyelaman lautan dalam dan demolisi.Laksamana Pertama TNI
Angkatan Laut (Purn) Urip Santoso lahir di kota nelayan, Brebes, Tegal, 19
September 1923. Namun kalau ditanya berapa tahun umurnya, dia punya tiga
jawaban, yakni umur kronologis, biologis dan psikologis.
Umur
kronologis yakni umur (hari lahir) yang dipakai secara kronologis di rapor,
ijazah dan surat-surat resminya, seperti surat keputusan kepangkatan dan
jabatan, dia tercatat lahir pada tanggal 19 September 1926.Tapi belakangan baru
dia tahu, bahwa tahun kelahiran biologisnya sesungguhnya bukan tahun 1926
tetapi 1923. Hal itu dia tahu dari copy surat almarhum ayahnya kepada almarhum
adiknya di Australia yang dia baca pada suatu hari, tahun 2000.
Dalam surat itu
diterangkan lengkap hari lahirnya bersama saudara-saudaranya. Sejak itulah baru
dia tahu, bahwa tahun kelahirannya (umur biologisnya) bukan tahun 1926, tapi
1923, dengan tanggal dan bulan yang sama, yakni 19 September.
Tentang
perbedaan tahun kelahirannya itu, tentu bukanlah dia sengaja. Pada mulanya, dia
mengikuti apa yang tertulis di rapor dan ijazahnya (kronologis) yakni 1926.
Namun setelah mengetahui tanggal lahirnya yang sesungguhnya (biologis), maka
tahun 1923 itulah yang digunakan sebagai patokan hitungan umur.Walaupun secara
psikologis, umur psikologis, dia pun tidak merasa kelahiran tahun 1926 apalagi
1923, melainkan sekitar tahun 1930-an. Karena hingga usia 87 tahun (2010) dia
masih terlihat fit, masih bisa naik tangga dan berenang. Bahkan kalau ada orang
cantik lewat, dia masih lihat. Dalam hal melihat gadis cantik itu, isterinya
pun tidak pernah melarang, asal jangan jahil. Hal ini sekadar menggambarkan
betapa dalam usia 87 tahun (pada 19 September 2010) dia masih sehat dan fit.
Memang
fisiknya masih terlihat gagah, sehat dan bergairah. Selain karena kebiasaan
berolahraga sebagai seorang mantan prajurit angkatan darat (pangkat Kapten) dan
angkatan laut (pangkat Laksamana Pertama), juga karena gaya hidupnya yang enjoy
dan bersahaja. Dia seorang yang tidak mau memendam kekecewaan, tetapi dia
melepaskannya tanpa beban.
Dia lebih memilih enjoy, bersenang hati dan
berbahagia daripada menyimpan kesedihan, kekecewaan dan bersungut-sungut. Dia
lebih memilih selalu beraktivitas, bekerja keras, daripada berdiam diri
merenungi 'pembuangan', kegagalan atau kekecewaan.
Gaya
bicaranya masih berwibawa dengan intonasi yang jelas, tegas dan baik.
Pendengarannya juga masih tajam. Sorot matanya di balik kaca umurnya masih
tajam dan memikat. Kendati daya ingatnya sudah mulai berkurang, tetapi
kecerdasan dan kearifannya masih mumpuni. Tegasnya, dia belum pikun! Dalam
percakapan dengan wartawan TokohIndonesia.com Ch. Robin Simanullang dan Marjuka
Situmorang di kantornya, PT. Nusantara Fishery (dia sebagai Komisaris Utama),
Jalan Wijaya I, Jakarta, pada 29 Juli 2010, dia sesekali bercanda akrab,
seperti bertemu sahabat lama. Sepertinya tidak ada jarak, akrab! Dia seorang
orang tua yang egaliter. Tidak ada kesan feodalis.Sesepuh Forum Masyarakat
Maritim Indonesia (FMMI), itu di mana di forum itu dia juga aktif sebagai Ketua
Tim Gagasan Bina Sistem Maritim untuk memberi masukan kepada Prof. Dr. Emil
Salim, saat diwawancara wartawan TokohIndonesia.com, didampingi Harjono, Wakil
Sekjen FMMI.
Hidup
dalam Segala Zaman
Dia
bukan tipe orang tua yang memaksakan kehendak atau nilai-nilai yang dianutnya
kepada orang lain atau generasi lebih muda. Dia orang tua yang berpandangan
bahwa setiap zaman mempunyai tantangan dan nilai-nilainya sendiri. Dia seorang
insan yang hidup (eksis) dalam banyak zaman. Boleh dibilang, dia manusia yang mampu
hidup dalam segala zaman.Mulai dari, Pertama, zaman penjajahan Belanda yang
ditandai dengan perjuangan perintis kemerdekaan, saat mana dia lahir (1923) dan
mengecap pendidikan menengah (sampai 1942). Kedua, zaman penjajahan Jepang,
dimana dia sudah menjadi seorang remaja yang matang dan menjadi siswa SMT
Jakarta (1942-1945). Ketiga, zaman perjuangan kemerdekaan (1945-149) dimana dia
ikut berjuang dengan pangkat kapten dan sempat dipenjara selama tiga tahun.
Keempat, berlanjut pada zaman pemerintahan (demokrasi) parlementer (1950-1955.
Kelima, zaman demokrasi terpimpin (1955-1966). Keenam, lalu berkiprah di zaman Orde
Baru (1966-1998). Ketujuh, sampai zaman Reformasi (1998-sekarang).
Pada semua
zaman itu dia hidup dan berkiprah. Hal mana semua zaman itu, yang mempunyai
tantangan dan nilai-nilai berbeda, telah memberinya kearifan hidup. Terutama
kearifan di bidang kemaritiman, dunia (lingkup) yang sangat menyatu dengan
hidupnya. Kearifan maritim sedalam lautan, di mana dia sangat mencintai laut
dan mendedikasikan diri sepenuhnya di kelautan. Sehingga kisah hidupnya, layak
dikategorikan sebagai bagian dari biografi maritim Indonesia.
Latar
belakang pendidikan, karir dan pengalaman empirisnya menyelami lautan dalam
Indonesia serta kiprahnya dalam dunia usaha wisata bahari dan perikanan laut,
menempatkannya menjadi seorang putera bangsa yang terbaik dalam dunia
kemaritiman. Dalam bidang kelautan atau kemaritiman, Urip Santoso bukanlah
hanya sekadar ahli atau praktisi atau Aktivis (penggiat). Tatapi dia menyelami,
merasakan dan menyatu dengan lautan secara paripurna. Dia bertekad secara total
mendedikasikan diri dalam dunia kelautan hingga akhir hayatnya. Maka patutlah
dia diapresiasi sebagai 'buku hidup' kearifan kemaritiman Indonesia. Bio
TokohIndonesia.com
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com
0 comments:
Post a Comment